Astambul adalah sebuah desa yang merupakan ibukota kecamatan Astambul, kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Tepatnya delapan kilometer sebelah utara
Sekarang ini Astambul menjadi dua desa yaitu Astambul
Penduduknya bermata pencaharian berbagai macam .
Tingkat pendidikannya rata-rata SMA dan hanya sedikit yang berpendidikan SMP atau Sarjana. Sebagian juga ada yang berpendidikan Darussalam atau Madrasah yang jenjangnya setingkat SD, SMP, dan SMA karena Desa Astambul dekat dengan
Astambul terkenal dengan hasil kebunnya. Hal ini dibuktikan karena banyaknya hasil kebun yang dijual di pasar Astambul. Dengan adanya pasar tersebut orang akan mudah menjual hasil kebunnya. Dengan mudahnya menjual hasil kebun tersebut maka orang akan bergairah untuk menanam pohon dan buah-buahan. Maka dari itu Astambul terkenal dengan hasil buahnya se
Hasil kebun yang banyak itu disebabkan karena tanahnya yang sangat subur. Jika kita menanam sesuatu tanpa pupukpun tanaman itu akan subur . Hal ini karena setiap tahun sering banjir . Banjir tentunya membawa tanah atau humus dari hutan dan pegunungan yang ada di hulu sungai Riam Kiwa.
Konon beberapa ratus tahun lalu Astambul dan sekitarnya merupakan daerah rawa seperti halnya di
Bagiamana asal muasal nama Astambul ?
Konon beberapa ratus tahun lalu Pulau kalimantan ini telah berkuasa seorang Raja yang kita kenal dengan Raja Banjar. Rajanya sangat adil dan bijaksana. Beliau sangat memperhatikan akan keadaan rakyatnya. Jika rakyat menderita maka raja pun ikut sedih akan penderitaan rakyatnya. Oleh sebab itu raja tidak pernah hanya menerima laporan dari penggawa kerajaan . Raja tahu bahwa laporan penggawa kerajaan akan menyampaikna apa yang baiknya saja. Kejadian yang menimpa rakyat terutama penderitaannya tidak akan dilaporkan kepada raja. Raja tahu bahwa laporan itu ABS saja atau asal Bapak Senang. Pernah suatu waktu Raja menerima laporan dari penggawanya. Penggawa itu membidangi tentang kesejahtraan masyarakat atau kalau di pemerintah kita disebut dengan Menteri Sosial. “ Wahai Raja Yang Mulia, Hamba ingin melaporkan keadaan rakyat kita terutama tentang kesejahtraannya.” Demikian kata Penggawa Kerajaan. “ Silakan Penggawa sampaikan , apa saja yang sudah penggawa temukan “ Jawab Raja” Saya sengat senang sekali menerima laporan dari penggawa karena hasilnya akan menjadi bahan pertimbangan untuk saya bertindak “ Demikian tambah Raja lagi. “ Begini Yang Mulia, Saya melihat keadaan rakyat kita sangat makmur , tidak ada kelaparan semua sehat walafiat disana sini rakyat bergembira melihat kedatangan kami. Alhasil rakyat tidak mendapat kekurangan apapun.” Demikia penjelasan Penggawa. “ Sekarang saya bertanya apakah penggawa sudah langsung melihat perkampungan penduduk kita” Tanya Raja. “ Ya, Yang Mulia. Saya sudah keliling kampung dan tertnyata mereka senang –senang saja, mereka malah tersenyum dengan keadatangan kami serta menyambut kedatangan kami dengan meriah” Jawab Penggawa. “ Kalau Anda sudah keliling kampung apakah sudah memeriksa keadaan dalam rumah penduduk tersebut?” Tanya Raja kembali. “ Belum yang Mulia” Jawab Penggawa dengan nada getir. “ Sekarang kapan Anda pergi ke kampung-kampung tersebut?” Tanya raja kembali. “ Beberapa bulan yang lalu, Hamba membawa pegawai yang banyak, karena jika hamba pergi ke kampung –kampung tersebut Hamba akan disambut oleh penduduknya dengan sajian makanan yang enak. Sayang kalau hanya Hamba saja yang menikmatinya.” Jelas Penggawa ” Jadi Hamba tidak melihat kejadian yang tidak menyenangkan saat itu . Hamba melihat penduduk sangat bergembira saja apa yang nampak pada penglihatan hamba” tambah Penggawa. “ Apakah anda berkunjung pada siang hari atau malam hari?” Tanya Raja Kembali. “ Tentu Yang mulia , Hamba berkunjung pada siang hari karena pada siang hari hamba bisa melihat seluruh penduduk kita dengan jelas
Alkisah Rajapun tidak menerima laporan semata-mata dari Penggawanya. Rajapun secara rutin mengunjungi rakyatnya. Beliu tidak pernah memberitahukan kapan beliau berkunjung. Waktunya pun tidak pernah tetap. Hal ini untuk menghindari penghormatan yang berlebihan dari rakyatnya.
Suatu Hari Raja ingin berkunjung ke sebuah daerah di utara dari
“ Pengawal, tolong siapkan perahu lengkap untuk sebuah perjalanan!” Demikian titah raja. Maka pengawalpun dengan cepat menyiapkan perahu kerajaan. Perahu ini dilengkapi dengan makanan yang cukup, tempat tidur yang memadai dan diikuti oleh pegawai istana untuk mencatat semua kejadian yang ditemukan raja. Perahu inipun dikawal oleh perahu-perahu lain untuk mengamankan raja .
Berangkatlah raja mulai istananya. Keberangkatan raja tidak banyak diketahui orang karena raja tidak ingin rakyatnya menyambut dengan berlebih-lebihan. Selain itu raja tidak ingin apa yang terjadi pada rakyatnya ditutup-tutupi sehingga yang tampak adalah yang baik-baik saja. Hal ini karena berdasarkan pengalaman beliau sendiri baik secara langsung maupun melalui penggawa kerajaannya yang jika berkunjung kesuatu daerah maka rakya akan habis-habisan menyambutnya dam rakyatpun seolah-olah tidak ada permasalahan yang menimpanya.
Diperjalan raja sangat memperhatikan keadaan rakyatnya. Satu persatu kegiatan rakyat dipantau. Sekali-kali raja bertanya kepada pengawalnya tentang apa saja yang dilihatnya. Memang sepanjang sungai rakyat seperti biasa menggunakan sungai baik untuk mandi, mencuci sampai buang hajat. Tak terkecuali para pedagang menggunakan sungai untuk menjajakan dagangannya. Begitu juga para petani, mereka mengangkut hasil pertaniannya dan perkebunannya melalalui sungai. Memang di Kalimantan Selatan ini sungai berperan penting dalam kehidupan . Rakyat Banjar pada waktu itu didominasi kehidupan di tepi sungai. Hal ini karena peran sungai yang sangat besar terhadap kehidupan. Fungsi sungai bukan hanya untuk diambil airnya saja tetapi seperti dijelaskan di atas bahwa fungsi sungai sebagai alat perdagangan, sarana untuk mengangkut barang dan jasa manusia untuk bepergian . Dan tak kalah penting sungai juga dapat sebagai mata pencaharian mereka terutama ikannya bisa ditangkap untuk dijual kembali karena pada waktu itu sungai tidak tercemar atau dicari orang ikannya secara serampangan. Tidak ada yang namanya racun untuk menangkap ikan apalagi menggunakan strum yang ikan kecilnya ditangkap dengan alat ini.
Menjelang matahari di atas ufuk rajapun ingin beristirahat. Perjalana raja sudah memakan waktu yang lama. Setengah hari sudah raja berada di perahunya. Tentunya siapapun akan lelah jka duduk saja . Apalagi dalam sebuah perahu..
Rombongan perahu raja sudah berda di persimpangan sungai riam kanan dan riam kiwa. “Pengawal kita akan istirahat dulu untuk melepaskanlelah. Kira –kira dimana tempat yang teduh, enak dan udaranya yang segar. “ Tanya raja pada pengawal. “ Beginda Paduka, Kalau di muara persimpangan ini hamba rasa tempatnya kurang baik. Arus sungai dari dua riam ini cukup deras sehingga kita tidak enak untuk beristirahat. Apalagi tempatnya kurang teduh karena pohon-pohonan kurang rindang. Alangkah baiknya kita beristirahat memasuki sungai riam kiwa ini saja. Saya yakin sungai riam kiwa ini banyak sekali pohon yang teduh dengan demikian tempat itu enak dan udara yang segar.” Jawab pengawal pada raja “ Oo.. begitu, kalau memang demikian kita istirahat di
Setelah kira-kira
Tempat ini memang strategis sekali. Kalau kita menyusuri sungai ini ke hulu maka masih banyak lagi perkampungan yang ada tetapi jika kita belok ke kiri sungai maka kita akan kembali lagi ke sungai Martapura yang juga banyak perkampungan penduduk. Tempat raja istirahat ini memang masih sedikit penduduknya. Nama kampungnya pun belum ada. Ketika raja singgah untuk istirahat, penduduknya berbondong-bondong untuk menyambutnya. Perahu sudah berhenti dan pengawal mengikat perahu rajapun keluar untuk turun dari perahunya. Di bawah pohom kesturi itu memang ada rakit untuk bisa berada di bawah pohon kesturi tersebut. Raja sedikit merapikan pakaiannya. Seorang raja tentunya berpakaian yang berbeda dengan lainnya. Ciri khas seorang raja tentunya dia punya senjata pusakanya. Raja Banjar memakai sebilah keris dipinggangnya karena raja Banjar masih ada keturunanan raja Jawa. Pada saat melangkah keluar perahu dan raja sedikit menunduk rupanya keris yang ada dipinggangnya jatuh kesungai dengan spontan raja berkata” As timbul” “